Program Affiliate Indowebmaker Program Affiliate Indowebmaker

Senin, 20 Juli 2009

Nur Hasdi Dididik Langsung Noordin

Berita Utama
[ Selasa, 21 Juli 2009 ]
Nur Hasdi Dididik Langsung Noordin
Buru Jaringan JI, Polisi Sisir Jateng

JAKARTA - Jika memang benar pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott adalah Nur Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Sahid, nama itu memang pernah didengar oleh beberapa anggota senior Jamaah Islamiyah (JI).

''Saya memang sempat mendengar namanya. Tapi, belum pernah tahu aksi-aksinya. Tidak pernah terlihat di Afghanistan, juga tidak diketahui di Kamp Hudaibiyah, Filipina," kata seorang anggota JI senior kepada Jawa Pos yang wanti-wanti agar namanya dirahasiakan. "Saya juga ragu apakah Sahid juga terlibat di Poso maupun Ambon,'' tambahnya.

Soal Nur Sahid, polisi saat ini mengumpulkan informasi seputar sepak terjang pria 35 tahun itu. Bahkan, polisi kini mengubek-ubek beberapa wilayah di Jawa Tengah untuk menelusuri jejak jaringan JI di sana.

Sumber di kepolisian yang menangani kasus teror bom Jakarta mengatakan, tim Densus 88 sebenarnya sempat mendengar selentingan nama Nur Sahid pada 2006, ketika polisi menggerebek sebuah rumah di Wonosobo dan menembak mati Abdul Hadi dan Jabir. Mereka adalah tangan kanan gembong teroris Noordin Mohd. Top.

Penjelasan sumber kepolisian ini ternyata klop dengan uraian sumber Jawa Pos di JI tadi. "Saya juga mendengar nama Nur Sahid sekitar tahun itu (2006). Waktu itu, setahu saya posisinya dalam jaringan JI masih di level dasar," kata sumber Jawa Pos yang juga tokoh senior di JI.

Dia belum berani memastikan apakah Nur Sahid adalah pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott atau bukan. ''Yang saya dengar dia (Nur Sahid, Red) terlibat di dalam kelompok Noordin sejak 2006,'' urainya. Bisa jadi, masuknya Nur Sahid ke jaringan Noordin setelah kematian Abdul Hadi dan Jabir.

Bisa jadi pula, sejak saat itu posisi Nur Sahid menjadi kian penting di kelompok Noordin. Hal ini diperkuat keterangan sumber Jawa Pos di kepolisian. "Dari data yang kami kumpulkan, Nur Sahid ini pernah mendapat didikan langsung dari Noordin Mohd Top,'' katanya.

Dia menambahkan, dalam JI, segala sesuatunya bisa cepat berubah. Salah satu contohnya Abu Dujana. Sebelum ditangkap polisi dua tahun lalu dan dibuktikan keterlibatannya dalam beberapa serangan bom, sumber tersebut mengaku tak bisa memercayai keterlibatan Abu Dujana. ''Orangnya halus dan bukan kelompoknya Ali Ghufron alias Mukhlas (pelaku bom Bali yang dihukum mati November 2008),'' tambahnya. Ternyata Abu Dujana malah terlibat dalam sejumlah aksi pengeboman. Bahkan, dia adalah tokoh penting di balik peledakan bom di Hotel JW Marriott pada 2003 dan pengeboman di Kedutaan Besar Australia 2004.

Di bagian lain, hingga kemarin polisi masih mengarahkan kecurigaan kepada orang-orang Kompak (Komite Penanggulangan Krisis). Kompak adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Ali Imron (tersangka kasus terorisme yang ditangkap pascabom Bali I 2002. Dia adalah saudara Amrozi, pelaku bom Bali). Saat ini Ali Imron menjalani hukuman sebagai napi kasus terorisme.

Sebagian dari anggota Kompak sudah ditangkap polisi di Plumpang, Palembang, dan Cilacap. Di Palembang yang ditangkap adalah Abdurrahman Thaib (November 2008). Di Plumpang, yang ditangkap adalah Wahyu (Oktober 2008). Sedangkan di Cilacap, yang ditangkap adalah Saifudin Zuhri (Juni lalu).

Mengapa mencurigai anggota Kompak? "Kami melihat ada kemiripan rangkaian bom yang meledak di Marriott Jumat lalu dengan rangkaian bom yang pernah dibikin anggota Kompak," kata sumber di kepolisian.

Dia memaparkan, banyak anggota Kompak yang "lulusan" Ambon dan Poso. Hanya, memang sejak awal kelompok ini sudah mendapat back up dari sejumlah pentolan JI. Kelompok ini berdiri pada 2000.

Bersama Aris Munandar, juga tersangka kasus terorisme yang telah ditangkap, Ali Imron menghimpun dana umat muslim untuk penanganan krisis di Poso dan Ambon. Alih-alih untuk membeli sembako, dana yang ada kemudian digunakan untuk membeli peluru, bahan peledak, dan sejumlah peralatan militer lainnya.

Yang menjadi instruktur orang-orang Kompak adalah orang-orang JI. Seorang perwira yang terlibat dalam satgas bom menyebut bahwa mereka tak lain JI itu sendiri. ''Apa pun namanya. Entah itu Kompak, entah itu Samala, entah itu Simili, tetap saja ilmu dan doktrinnya diperoleh dari orang-orang JI,'' ucap sumber tersebut.

Untuk itu, sumber tersebut mengatakan tidak terlalu memusingkan nama. ''Dalam konteks sekarang, kelompok yang mampu dan mempunyai motivasi peledakan bom ya kelompok pecahan JI itu,'' tandasnya. Kalau kemudian membina kelompok baru atau orang baru, dia mengatakan sumbernya dari JI. ''Hanya kita petakan, kelompok mana yang aktif saat ini,'' tambahnya.

Selain itu, sumber tersebut mulai menyebut nama Dulmatin. ''Ada indikasi Dulmatin kembali masuk ke Indonesia,'' tuturnya. Dia kemudian menjelaskan bahwa sempat ada kabar Dulmatin tewas di Moro, Filipina, dalam sebuah serangan tentara Filipina. Namun, hingga kini belum ada yang bisa memastikan kebenarannya.

Dulmatin sendiri adalah anggota senior JI yang dikenal kemampuannya dalam meracik bom.

Di bagian lain, Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak enggan menjawab detail ketika dikonfirmasi tentang berbagai dugaan seputar pengungkapan kasus teror bom Jakarta. Termasuk tentang dugaan nama Nur Sahid. "Investigasi masih terus dilakukan. Jadi, belum disimpulkan ini kelompok ini atau yang lain," kata Sulistyo dalam keterangan di media center Bellagio Mall kemarin (20/7).

Jenderal dengan bintang satu di pundak itu juga enggan mengungkapkan temuan-temuan baru penyidik Polri. Misalnya, yang ada di kamar 1808 Hotel JW Marriott. "Itu terus dikembangkan, masih harus didalami. Termasuk temuan seperti laptop atau barang bukti yang lain," kata Sulistyo.

Sekitar lokasi kejadian, lanjut dia, juga masih terus disisir oleh polisi. Hal itu untuk mendukung tugas tim DVI (Disaster Victim Identification) dalam mengidentifikasi korban. "Mungkin ada bukti-bukti tambahan untuk identifikasi," ujarnya.

Soal informasi bahwa polisi saat ini menyisir Jawa Tengah, Sulistyo tak membantahnya. ''Kami melakukan penyelidikan menyeluruh. Kadang simultan di berbagai daerah, khususnya di Jawa Tengah,'' tandasnya.

Menurut Sulistyo, pihaknya telah berkoordinasi dengan Polda Jawa Tengah. ''Ada sejumlah petunjuk yang mengarah ke sana,'' ucap Sulistyo, tanpa mau menjelaskan detail petunjuk tersebut dengan alasan untuk kepentingan penyidikan.

Kapolri Periksa Kepala Pengebom

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri kemarin mengunjungi RS Polri, Jakarta Timur. Dia memotivasi petugas DVI dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri yang sedang meneliti pecahan tubuh dan serpihan kepala yang diduga pengebom. "Kita tidak ingin spekulasi di masyarakat meluas. Prinsip kita ilmiah, bukan berdasar asumsi," ujar sumber Jawa Pos yang hadir dalam kunjungan itu menirukan Kapolri.

Kapolri datang berseragam lengkap pukul 12.00 dengan diiringi ajudan. Dia disambut Kepala RS Polri Brigjen Pol Aidir Rawas dan Kapolres Jakarta Timur Kombespol Hasanuddin. Setelah itu, Kapolri masuk ruang identifikasi. Dia keluar melalui pintu belakang RS Polri pukul 13.15 tanpa memberikan pernyataan kepada wartawan.

Sumber Jawa Pos menceritakan, saat masuk ruang identifikasi, Kapolri sempat meneliti ulang kepala yang diduga pengebom. "Sudah jadi data susunan giginya?" ujar sumber itu menirukan pertanyaan Kapolri kepada tim DVI. Data gigi atau data odontogram menjadi bahan identifikasi forensik. Jika sudah ada, data tersebut akan dicocokkan dengan file data yang sudah dimiliki Bareskrim Mabes Polri.

Kapolri juga sempat menanyakan tes DNA yang dilakukan kemarin. "Kami dipatok maksimal 12 hari," kata sumber itu. Salah satu DNA yang diperiksa berasal dari keluarga Nur Sahid (Jawa Pos, 20/7/2009).

Sumber Jawa Pos yang lain menceritakan, dalam rapat di Bareskrim Minggu (19/7) ada keputusan sangat penting. Yakni, melibatkan lagi secara informal Satgas Bom Bali yang sudah dilebur dalam satuan Densus 88. "Pak GM mengendalikan," kata sumber itu.

GM adalah sebutan untuk Komjen Gorries Mere yang sekarang menjabat Kalakhar BNN. GM dulu yang membentuk tim Cobra yang mulai menyelidiki kasus pengeboman sejak bom malam Natal 1999. Tim itu lantas menjadi satgas bom yang bekerja di bawah tanah dan minim publikasi.

Menurut sumber itu, sejak peristiwa 17 Juli terjadi, GM langsung diperintahkan Kapolri ikut membantu penyidikan. "Beliau ikut masuk pertama ke ground zero (lokasi peledakan)," katanya. Tim Cobra bentukan GM mempunyai jaringan yang sangat kuat. Banyak "mantan" terpidana teroris yang mempunyai hubungan baik dengan anggota-anggota tim Cobra. "Tapi, tak akan diumumkan secara resmi. Densus 88 tetap dimunculkan sebagai tim utama," katanya. Mereka sudah membentuk unit-unit dengan anggota lima orang per unit.

Kemarin tim penyidik kembali ke ground zero Ritz-Carlton. "Kita menemukan sisa jelaga chlorin. Itu identik dengan pengeboman Paddy's Café, Bali, 2002. Tapi, efeknya tidak sedahsyat Paddy's karena bahan dasarnya balck powder, bukan RDX," katanya.

"Kesimpulan sementara, pengebom masuk di tengah restoran," kata sumber itu. Bom yang digunakan jenis high velocity low speed. Itu berarti bom tersebut menimbulkan efek horizontal dan tidak menyebar. "Kita juga menemukan sisa kabel yang identik dengan kabel Paddy's. Kabel jenis ini lazim digunakan di Moro, Filipina," katanya. (ano/rdl/fal/aga/kum)
tulisan ini diambil dari: www.jawapos.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar